Jgan Manja!Jangan Ngrepotin!

Jgan Manja!Jangan Ngrepotin!

'spend my life 4 usefull something!'

'thx 4 site this blog'

Minggu, 17 Oktober 2010

"who am I"

'ku tak mengerti cintaaaaaa...indahnya hanya di awal kurasa'*pas buat kamu,my boy.

Mulai deh..cowok berulah!rasanya sebesar apapun pengorbanan yang udah aku lakuin..itu uda biasa aja.Giliran ada butuhnya aja SOK BAEK!now I hate when yu say,"Hun,I need yu now!".Talk 2 my hand.*sorry.all what do yu want from me,I'll try 2 give the best 4 you.ini balesannya?gak adil banget siiiiiiiiii?*sebel pisan tau!

Kamu berharap banyak from this relation,but pliz DO NOT like this!kamu minta aku begini begitu,jangan ini jangan itu,tapi stiap kali aq minta yang selama ini aq ingin kamu lakuin,jawabanmu cuma...."iya,gampang.Jangan paksa aku kalo aku bener2 gak bisa!"*aargh.Gini ini enaknya pacaran seumuran.kalo egonya keluar,hadeh.Honestly,I hate 2 say like this,but yu make me 2 have say it!

Kamu itu sosok calon pemimpin,ngasi tau cewek gak mesti dengan suara high level gtu la.It's hurting me!You know that I luv yu,but pliz..I just hope 1 request 4 yu.I believe,yu can do that.
Ayo la..kalo emang sayang..jangan maunya sendiri gini.:(

'different'

'You!makes different from the other'


jangan tanya kenapa mesti kamu,krn aq jga gtw!
jangan paksa aq tuk jelasin,krn itu sulit!

jangan bikin aq bingung,krn aq g suka!
jangan buat aq ngrasa lebih dr itu,krn aq takut!
jang
an ngilang tiba2,cz suddenly I need yu!

Kamis, 07 Oktober 2010

Analisa Pengambilan Keputusan

JANGAN KUCILKAN AKU”

(Realita Si Kelainan Seksual)

Disusun sebagai salah satu tugas

mata kuliah Analisa Pengambilan Keputusan



Oleh:

Widian Januar Reza (061710101038)

Shinta Lailatul R (071710101025)

Harry Prasetyo (071710101060)

Wike Irmawati (071710101074)

Retno Dwi Ra (071710101076)

Rizky Kurnia Putri (071710101084)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2010


I. PENDAHULUAN

Setiap manusia yang terlahir pastinya tak ada yang bisa meminta atau memesan lebih dulu kepada Tuhan agar menciptakan dirinya menjadi manusia super sempurna. Apapun bentuk wujud yang telah diberikan oleh-Nya sudah tentu merupakan takdir dan harus disyukuri serta dinikmati sebagai karunia hidup di dunia ini. Itu dari persoalan fisik, lalu bagaimana dengan sifat yang dibawa? Baik dan buruknya perilaku seseorang bukanlah takdir Ilahi, tetapi itu adalah pilihan hati. Termasuk keinginan menjadi homo atau lesbi.

Dalam kehidupan sehari-hari, fenomena ini tentu saja sudah tak asing lagi bagi kita. Mereka hidup dalam gemerlap lampu kota, terjerumus dalam ketidakberdayaan, namun ada pula yang terperangkap dalam nikmatnya candu asmara. Faktor penyebabnya cukup banyak,mungkin memang adanya kelainan seksual yang diderita si pelaku,bisa juga disebabkan keadaan lingkungan,dengan siapa dia berteman dan dimana dia bergaul, atau bisa saja karena perasaan trauma dan kecewa,mungkinkah dia pernah dilukai oleh lawan jenisnya,sehingga menimbulkan rasa kekecewaan terhadapnya

Dilihat dari sisi agama,tentulah mereka salah itu sudah melanggar kodrat yang diberikan dari Tuhan padanya, namun jika dilihat dari sisi yang lain,mereka itu sebenarnya adalah korban.Pada dasarnya siapa juga yang ingin menjadi seperti itu, tapi apa boleh dikata?mereka tak dapat melawan takdir,mungkin Tuhan sudah menakdirkan jalannya itu,tapi yg lebih patut kita renungkan adalah jangan pernah menjauhi mereka,terlebih mengucilkan mereka, karena mereka juga adalah saudara kita yg perlu bimbingan agar dapat menjauhi semua itu.

Homoseksual dapat didefinisikan sebagai suatu keinginan membina hubungan romantis atau hasrat seksual dengan sesama jenis, jika sesama pria dinamakan gay sedangkan sesama wanita sebut saja lesbian. Sebenarnya pengertian homoseksual itu meliputi 3 dimensi yaitu orientasi seksualnya yang ke sesama jenis, perilaku seksual dan juga tentang identitas seksualitas diri. Jadi masalah homoseksual bukan semata perkara hubungan seksual dengan sesama jenis semata.

Hal inilah yang seringkali membuat kita merasa najis dengan kaum homoseksual, karena berpikiran bahwa di dalam otak mereka hanya berisikan semata nafsu birahi dengan sesama jenis saja, padahal homoseksualitas itu mencangkup identitas diri sekaligus perilaku mereka juga.

Itu semua bukan dapatan semata dari faktor lingkungan, melainkan faktor genetik-lah yang membuat perkara ini menjadi sangat sulit. Memang ada jenis homoseksual yang terjadi karena dipicu faktor lingkungan semata, misalnya suasana dalam penjara yang merupakan populasi homogen serta di biara seperti skandal sodomi dalam gereja di USA. Homoseksual semacam ini sesungguhnya jauh lebih muda ditangani karena hal tersebut tercangkup dalam segi perilaku semata, sementara segi identitas diri relatif masih normal (homoseksual situasional).

Dalam ilmu psikiatri, homoseksual yang dianggap sebagai suatu bentuk gangguan jiwa hanyalah homoseksual egodistonik. Homoseksual jenis ini bercirikan pribadi tersebut yang merasa tidak nyaman dengan dirinya dan tidak dapat menerima kenyataan orientasi seksualnya yang abnormal tersebut.

Akibatnya pribadi semacam ini dihantui kecemasan dan konflik psikis baik internal maupun eksternal dirinya. Homoseksual distonik memberikan suatu distress (ketegangan psikis) dan disability (hendaya, gangguan produktivitas sosial) sehingga digolongkan sebagai suatu bentuk gangguan jiwa.

Pribadi homoseksual tipe ini seringkali dekat depresi berat, akibatnya seringkali mereka mengucilkan diri dari pergaulan, pendiam, mudah marah dan dendam, aktivitas kuliah terbengkalai dan sebagainya. Homoseksual jenis inilah yang dicap sakit mentalnya dan memang harus diterapi. Di negara dengan budaya dan agama yang kuat seperti di negara kita, celakanya homoseksual jenis inilah yang mendominasi.

Dengan adanya fenomena ini, kami akan mencoba mengulas bagaimana sudut pandang masyarakat terhadap keputusan mereka untuk memilih jalan hidup yang banyak menarik pro kontra bagi masyarakat. Karena pada hakikatnya begitu banyak permasalahan yang nantinya akan dapat ditimbulkan dari keputusan mereka untuk memilih jalan ini.


II. METODOLOGI

Adapun metode yang kami gunakan adalah wawancara secara langsung terhadap subject research. Subject research yang kami maksud disini adalah Si Homo dan Si Lesby. Sedangkan untuk responden dalam menilai keberadaan mereka, kami meminta sejumlah pendapat dari lapisan masyarakat yang terdiri sebagai berikut:

a. Mahasiswa

b. Aparat Hukum (polisi)

c. Instansi Pemerintahan (DPR)

d. Orang kota

e. Orang desa

f. Pemuka Agama

g. Medis (bidan)

Dari hasil wawancara yang kami dapatkan, kami akan mencoba menarik kesimpulan secara garis besar mengenai pandangan masyarakat terhadap adanya kaum kelainan seksual tersebut.


III. PEMBAHASAN

Sebelum membahas lebih jauh mengenai kaum homo dan lesby, mungkin kita harus lebih dulu mengenali apa saja ciri-ciri dari orang yang ‘terjangkit’ perilaku menyimpang tersebut. Barangkali saja mereka ada di sekitar keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal kita.

HOMO/ GAY

Umumnya mereka berpenampilan rapi bagaikan wanita, suka memakai baju dengan warna yang mencolok dan ketat agar lekuk tubuhnya terlihat. Karena bentuk body bagi seorang homo adalah merupakan nilai jual yang akurat bagi pasangan syahwat. Dari gaya bicaranya, kaum gay ini terlihat sangat feminim. Dan perhiasan yang dikenakannya pun terkadang ‘rame’.

Pribadi mereka cenderung pendiam, tertutup, nggak suka bergaul dengan banyak orang. Bicara seperlunya dan cenderung lembut. Tapi, banyak juga para gay yang sulit dikenali secara umum, karena mereka ada juga yang memiliki ciri khas tersendiri.

LESBI

Biasanya lesbian cenderung tomboy. Naluri dia seperti laki-laki tapi jiwanya seakan-akan terjebak dalam tubuh perempuan. Namun ada juga dijumpai lesbian yang gayanya bahkan lebih feminim dari perempuan normal sekalipun. Ciri-ciri lainnya yaitu mereka umumnya juga suka berpenampilan maskulin, mempunyai hobi yan g juga maskulin, posesif, dan sensitif.

Kaum homoseksual dan lesbi di tanah air sulit untuk menerima kenyataan dirinya sebagai kaum abnormal seperti demikian, maka mereka sering menyembunyikan orientasi yang dicap salah dalam masyarakat tersebut. Represi semacam demikian akan berakibat gejolak negatif dalam dirinya sehingga tampil ke permukaan sebagai stress,depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka sering gagal dalam menemukan identitas dirinya ditengah ancaman cambuk agama dan budaya yang sedemikian kuat.

Kaum homoseksual lain justru dapat menerima apa yang ada di dirinya sebagai suatu bentuk hal yang hakiki. Pribadi semacam ini berani coming out atau menyatakan identitas dirinya yang sesungguhnya sehingga konflik internal dalam dirinya lepas. Kaum homoseksual ini dinamakan egosintonik, tidak dikatakan sebagai kelompok gangguan jiwa karena mereka tidak mengalami distress amupun disability dalam kehidupan mereka. Bahkan mereka yang sukses dengan coming out seperti demikian seringkali lebih produktif dan sukses dalam profesi mereka seperti misalnya perancang baju, penata rias dan rambut,dll.

Menjadi seorang dengan orientasi seksual ke sesama jenis sesungguhnya bukan semata pilihan pribadi homoseksual, melainkan itu merupakan kesalahan genetik. Kecenderungan itu sesungguhnya sudah ada sejak lahir namun baru naik ke permukaan setelah seorang individu masuk ke dalam fase sosial dalam tahap perkembangannya.

“Setiap diri kita sebenarnya ada bakat untuk homoseksual, dan proses interaksi sosial dalam perkembangan selanjutnyalah yang menyebabkan bakat itu dapat muncul atau tertahankan (Sigmund Freud,1998).

Permasalahan jiwa pada pribadi homoseksual sebenarnya jauh lebih banyak terkait faktor eksternal dirinya atau berupa tekanan dari masyarakat. Mereka yang tidak berani coming out ke masyarakat akan dihantui konflik identitas diri seumur hidupnya sedangakn mereka yang memberanikan coming out tetap menghadapi resiko dicibir atau malah dikucilkan masyarakat.Jadi sebenarnya homoseksual itu lebih berupa ‘penyakit masyarakat’ ketimbang penyakit jiwa karena memang yang menimbulkan penyakit itu adalah perlakuan dari masyarakat sendiri.

Kaum homoseksual di Indonesia jumlahnya tidak sedikit, mereka ada di sekitar kita namun seringkali kita memang tidak tahu karena umumnya mereka termasuk yang memilih untuk non coming out karena takut akan ancaman sosial-agama dari masyarakat.

Dari wawancara yang sudah kami lakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

- Subject Research

• HOMO

Subject mengaku mengalami kelainan seksual sejak SMP. Sewaktu itu dia merasakan ketertarikan pada sesama sejenisnya. Mulanya dia menganggap hal ini wajar terjadi dimasa pubernya. Tapi lama kelamaan dia merasa benar- benar ingin memiliki teman sesama jenisnya. Hal ini didukung dengan sifatnya yang mulai kecil seperti seorang perempuan, seperti mudah menangis, tersinggung, lebih menyukai permainan perempuan, dll.

Tidak ada seorangpun yang mempengaruhi subject. Dia hanya merasa ingin menjadi diri sendiri tanpa ada paksaan dari pihak luar. Karena dengan menjadi atau menyeruapai sosok perempuan dan berhubungan dengan sesama jenis yaitu lelaki membuat dirinya semakin mengerti atau merasakan indahnya hidup dalam kehidupan pribadinya. Berbeda dengan sewaktu dia dulu menjadi sosok lelaki tulen, dia merasakan sangat hampa dalam hidupnya.

Orang tua subject mengetahui bahwa anaknya memiliki kelianan yaitu lebih berpenampilan menyerupai perempuan atau beralih dari kodratnya sebagai seorang lelaki. Tetepi masalah kelainan seksual yang dideritanya, subject menyatakan bahwa orang tuanya serasa sudah tidak ikut campur atau angkat tangan.

Subject mengakui kadang merasa dikucilkan ketika berdada dalam lingkungan barunya. Tetapi dia sekarang merasa lebih bebas, karena hidup dalam dunia modern yang merasa orang- orang disekitarnya tidak peduli dengan kelainan yang dia derita. Berbeda ketika dia berada dirumahnya yang lebih dalam luang lingkup masyarakat desa.

Dalam bentuknya sebagai seorang wanita, subject mersa lebih beruntung, karena profesi yang dia lakoni saat ini sangat mendukung dia menjadi seorang waria. Dengan dikelilingi orang- orang serupa (kelainan seksual) dalam profesinya, membuat dia lebih percaya diri.

Untuk saat ini subject lebih memilih hidup sebagai seorang waria dibanding mnejadi seorang lelaki yang merupaka sosok aslinya. Dia hanya beranggapan dia merasa bebas dan nyaman dengan hidup seperti ini. Karena bisa menjadi diri sendiri.

• LESBI

Subject tidak menyadari kapan dia menjadi seperti ini. Apalagi awalnya dia adalah seorang wanita normal yang memiliki seorang kekasih lelaki. Namun lama kelamaan dia merasa lebih nyaman dengan berhubungan dengan sesama jenisnya yaitu wanita. Dari sinilah dia merasa lebih nyaman untuk berhubungan dengan wanita dari pada pria.

Sebenarnya subject juga tidak ingin menjadi kaum kelinan seksual seperti yang dia jalani saat ini, karena dia merasa hanya akan menjadi bahan gunjingan orang saja. Tapi lama kelamaan dia merasa lebih comfort dengan menjadi dirinya sendiri, yaitu penyuka sesama jenis( lesbian). Hal ini didukung dengan keadaan dalam keluarga yang mayoritas perempuan dan responden mengakui pula jika sang ayah sebenarnya menghendaki seorang anak laki- laki sebagai putra bungsunya. Sehingga meskipun anaknya berada dalam kodrat perempuan, sang ayah tetap memperlakukan dia selayaknya seorang anak laki- laki.

Subject mengaku bahwa orang tuanya mengetahui bahwa anaknya lebih memilih berpenampilan dan berperilaku selayaknya seorang lelaki, tetapi mereka tidak pernah tau bahwa anaknya juga menyukai sesama jenisnya atau mengalami kelainan seksual.

Subject sama sekali tidak merasa ataupun pernah dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dia juga tidak sembarangan bercerita tentang kehidupan pribadinya itu. Orang lain yang melihat dia secara langsung, hanya mengira dia adalah seorang perempuan tetapi berpenampilan lelaki atau lebih dikenal dengan istilah tomboy.

Kalau ditanya untung rugi, sebenarnya subject sama sekali tidak merasa adanya keuntungan dalam hidupnya. Dia hanya merasa lebih nyaman dengan kehidupan pribadinya. Karena subject sebenarnya juga menyadari bahwa jalan yang dia tempuh adalah sebuah kelainan yang sebenarnya juga dilarang dalam agama yang dia yakini.

Responden hanya mengatakan,”jalani aja seperti air yang mengalir, karena kita juga tidak tau apa yang terjadi dimasa yang akan datang”.

Secara garis besar, adanya kelainan seksual yang mereka alami disebabkan karena pengaruh lingkungan sejak kecil serta peran serta orang tua yang kurang dalam hal mengontrol pergaulan anak-anaknya. Sebenarnya mereka masih memiliki rasa malu untuk memilih jalan hidup yang demikian, karena dari hasil wawancara, subject tampaknya masih memiliki privacy sendiri sehingga tidak semua orang diperbolehkan untuk mengetahui siapa dia sebenarnya. Tentu saja hal ini dapat memberi dampak negatif baginya, karena bila suatu saat orang terdekatnya mengetahui, lalu dia tidak memiliki mental yang kuat, tentu dia akan drop. Sebenarnya yang mereka cari hanya kesenangan sesaat akibat pergaulan yang salah.

Sedangkan untuk hasil wawancara terhadap beberapa responden mengenai mereka adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa (3)

Responden pertama dan kedua menyatakan tidak setuju dengan keberadaan kaum homo dan lesbi, karena menurutnya itu hanya mementingkan nafsu semata. Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan, jika laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan menjalin hubungan itu hanya nafsu belaka dan menyalahi kodrat sebagai manusia. Selain itu apabila homo dan lesbi disetujui keberadaannya, maka dampak langsung yang terjadi adalah pada aspek kesehatan pelakunya. Homo atau lesbi merupakan media secara terjadinya penularan IMS ( Infeksi Menular Seksual ).

Namun jika mereka ada di sekitar lingkunga responden, dia menyatakan akan membiarkannya tapi akan memberi contoh bahwa yang normal masih lebih baik. Selain itu responden juga menyatakan akan memberikan edukasi tentang pengetahuan dampak homo dan lesbi, apabila mereka tetap acuh, maka selanjutnya adalah urusan mereka. Karena yang terpenting bagi responden adalah sudah memberitahukan apa yang seharusnya mereka ketahui.

Responden ketiga menyatakan bahwa keberadaan kaum homo maupun maupun lesbi itu relatif. Melihat kondisi lingkungan mereka sendiri. Tapi sebaiknya itu tidak terjadi karena dampak yang ditimbulkan sangat banyak dan berat.

b. Aparat Hukum (Polisi)

Responden menyatakan tidak setuju karena hal tersebut sudah menyalahi kodrat manusia sebagai makhluk hidup yang ditakdirkan untuk berpasang-pasangan dengan lawan jenis.

Beliau menganjurkan hendaknya dilakukan pendekatan kepada orang tersebut agar supaya bisa keluar dari hal tersebut. Apabila tidak mau berubah,sebaiknya jangan dikucilkan karena seseorang menjalani hidupnya merupakan hak asasi dari orang tersebut.

c. Instansi Pemerintahan (Anggota DPRD Kab.Jember)

Responden menyatakan bahwa setuju atau tidak, tidak dapat dipungkiri keberadaannya di dalam masyarakat memang sudah ada sejak zaman nabi yaitu jahiliyah. Maka dari itu beliau tidak dapat memberi persetujuan apakah beliau setuju atau tidak karena memang harus diakui bahwa keberadaan meraka ada didalam msyarakat. Sama halnya dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat di era globalisasi yang tentuinya diiringi dengan perkembangan budaya yaitu masuknya budaya asing kedalam negri tanpa adanya filter terlebih dahulu. Hal ini dapat beresiko mengubah gaya hidup masyarakat yang cenderung ingin menyerupai atau ikut- ikutan dengan budaya asing. Tetapi dalam pernyataannya, Beliau tetap menghormati keberadaan meraka para kaum homo atau lesbian dimasyarakat selama mereka tidak mengganggu atau mengusik kepentingan kelompok beliau.

d. Orang Kota

Responden menyatakan kesetujuannya, selama mereka tidak mengganggu hak dan privacinya. Karena pada hakikatnya hidup itu penuh pilihan, jadi apa yang mereka pilih, mungkin itu yang menurut mereka nyaman dan terbaik. Jika teman terdekatnya ternyata adalah seorang lesbi atau homo, dia menyatakan tidak akan mengucilkan mereka selama tidak mengusik kehidupannya.

e. Orang Desa

Responden ini menyatakan ketidaksetujuannya, karena memberi dampak negatif terhadap pergaulan. Masyarakat tentunya akan sangat risih sebab akan mempengaruhi masyarakat sekitar.

f. Pemuka Agama (Islam)

Responden menyatakan tidak setuju, sebab pada hakikatnya manusia telah diciptakan berpasang-pasangan. Hal ini terdapat pada surat An-Nisa ayat 1 yang artinya “bertakwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari diri padaNya.Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” Dari penjelasan ayat yang telah disebutkan responden, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua manusia baik laki-laki dan perempuan telah siciptakan berpasang-pasangan, dan hal ini adalah hal yang mutlak. Komunitas homo dan lesbi merupakan komunitas yang tidak mensyukuri karunia yang ada. Sifat homo dan lesbi tidak hadir begitu saja, tentu masih ada penyebab-penyebabnya yang merupakan akibat dari pergaulan, kebiasaan, dan gaya hidup yang sengaja atau tidak dilakukan oleh orang tersebut.

Jika ada komunitas homo atau lesbi tentu saja akan merasa risih, syukur jika suatu saat kita dapat merubah kebiasaan mereka.

g. Medis (bidan)

Responden menyatakan tidak setuju, karena selain mengecewakan keluarga dan orang-orang terdekat, homo dan lesbi juga menyebabkan gangguan kesehatan.Sangat banyak penyakit yang dapat ditimbulkan, antara lain AIDS, Kanker lubang anus,sifilis, melemahnya kekebalan tubuh, dll. Orang-orang seperti mereka tentu akan sangat merugikan dirinya sendiri. Namun jika mereka ada di sekitarnya, responden menyatakan akan memberikan pengarahan secara medis bahwa efek yang ditimbulkan sangat berbahaya sekali.

Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap 7 responden yang mewakili lapisan masyarakat di kota Jember,kebanyakan dari mereka menyatakan ketidaksetujuannya terhadap adanya kaum gay dan lesbi. Yang menyatakan kesetujuannya hanya 1 dari 7 responden tersebut, yakni orang kota. Itupun selama mereka tidak mengganggu kepentingan pribadinya. Semua ketidaksetujuan yang mereka ungkapkan secara garis besar didasari alasan yang sama, yakni begitu banyaknya dampak negatif yang akan ditimbulkan dari pilihan hidup mereka. Terlepas dari Jember sebagai kota yang dibilang masih awam, responden nampaknya masih tabu untuk membicarakan hal ini. Pada umumnya mereka mengatakan untuk mencoba biasa saja dengan adanya mereka di sekitar kita. Karena mereka juga manusia, yang memiliki hak asasi paten untuk hidup sesuai dengan pilihan hatinya. Kita sebagai manusia sosial hanya mencoba mengarahkan agar apa yang mereka lakukan sebenarnya akan merugikan diri sendiri dan orang di sekitarnya. Keluarga akan kecewa, dan yang pasti mereka tidak akan memiliki keturunan. Ditinjau dari segi agama pun hal ini tidak dianjurkan.

Homoseksual harus dibedakan dengan gangguan transeksual (banci). Transeksual masih termasuk dalam gangguan jiwa jenis preferensi seksual. Bedanya yang mudah diantara keduanya adalah bahwa kaum homoseksual tidak pernah ingin mengganti jenis kelaminnya (misal dengan operasi plastik), tidak pernah berhasrat mengenakan pakaian lawan jenis (melainkan kebanyakan gay berpenampilan macho dan necis).

Bagaimanapun kita sebagai pribadi yang terpelajar hendaknya mau mengerti latar belakang kaum homoseksual, tidak semata merasa jijik atau malah menolak mereka. Tentunya Anda tidak bisa mengucilkan teman Anda yang berambut ikal karena memang gen nya membawa sifat ikal seperti itu bukan?

Begitu pula homoseksual, bukan kemauan mereka untuk menjadi homoseksual, namun bedanya gen orientasi seksual semacam itu mencangkup pula segi perilaku sosial bukan semata penampilan fisik seperti halnya rambut ikal. Dukungan sosial justru sangat dibutuhkan oleh kaum homoseksual, dengan demikian mereka dapat menemukan dan mengaktualisasikan identitas dirinya serta terbebas dari distress, dengan demikian mereka dapat tetap produktif dalam masyarakat.


IV. PENUTUP

Adanya homo dan lesbi dikarenakan memang sudah bawaan dari kecil, atau pernah kecewa pada lawan jenisnya, malah kadang ada yang cuma menjadikan sebagai gaya hidup alias ikut-ikutan. Harusnya buat kita yang masih merasa normal tidak boleh mengucilkan mereka dari pergaulan, tetapi juga jangan membenarkan perbuatan mereka dengan alasan HAM. Karena sama saja kita semakin menjerumuskannya ke dalam kesesatan. Terpenting dalam mengingatkan seseorang, jangan pernah memaksakan karena hanya menambah runyam keadaan.

Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap 7 responden yang mewakili lapisan masyarakat di kota Jember,kebanyakan dari mereka menyatakan ketidaksetujuannya terhadap adanya kaum gay dan lesbi. Yang menyatakan kesetujuannya hanya 1 dari 7 responden tersebut, yakni orang kota. Semua ketidaksetujuan yang mereka ungkapkan secara garis besar didasari alasan yang sama, yakni begitu banyaknya dampak negatif yang akan ditimbulkan dari pilihan hidup mereka. Karena mereka juga manusia, yang memiliki hak asasi paten untuk hidup sesuai dengan pilihan hatinya. Kita sebagai manusia sosial hanya mencoba mengarahkan agar apa yang mereka lakukan sebenarnya akan merugikan diri sendiri dan orang di sekitarnya.

Jika tetap ada orang yang bersikeras bahwa homo dan lesbi itu adalah takdir Tuhan, lalu untuk apa Tuhan juga melaknat dan melarang perbuatan itu dalam kitab agama?

Sekarang semua tergantung pada masyarakat. Jika ada yang mengalami kelainan seks sebaiknya diberi bimbingan konseling sejak dini melalui psikolog serta terus memberikan motivasi dan dukungan dari rekan-rekan dan keluarga agar dia bisa sembuh dari kelainan orientasi seksualnya. Sebenarnya sih yang membuat sulit untuk sembuh adalah karena tidak ada kemauan dari diri sendiri.

Daftar Pustaka

http://www.inpasonline.com/index.php

http://priasehat.wordpress.com/2008/08/08/homoseksualitas/


LAMPIRAN

Berikut kami lampirkan hasil wawancara dengan sejumlah narasumber, baik subject research maupun lapisan masyarakat.Dilengkapi dengan sejumlah dokumentasi yang disajikan guna meyakinkan para pembaca. Semoga bermanfaat.

- Subject Research

HOMO (unname,23thn)

· Sejak kapan anda mengalami kelainan seperti ini?

“Saya mengalami kelainan seksual sejak SMP. Sewaktu itu saya merasakan ketertarikan pada sesama jenis. Mulanya saya menganggap hal ini wajar terjadi dimasa pubernya. Tapi lama kelamaan saya merasa benar- benar ingin memiliki teman sesama jenis. Hal ini didukung dengan sifat saya yang mulai kecil seperti seorang perempuan, seperti mudah menangis, tersinggung, lebih menyukai permainan perempuan, dll.”

· Apa yang melatar belakangi anda untuk memilih jalan ini demi kehidupan yang anda jalani?

“Tidak ada seorangpun mempengaruhi saya. Saya hanya merasa ingin menjadi diri sendiri tanpa ada paksaan dari pihak luar. Karena dengan menjadi atau menyeruapai sosok perempuan dan berhubungan engan sesama jenis yaitu lelaki membuar dirinya semakin mengerti atau merasakan indahnya hidup dalam kehidupan pribadi saya. Berbeda dengan sewaktu saya dulu menjadi sosok lelaki tulen, saya merasakan sangat hampa dalam hidup.”

· Apakah orang tua serta saudara Anda tau?

“Orang tua saya mengetahui jika saya memiliki kelianan yaitu lebih berpenampilan menyerupai perempuan atau beralih dari kodratnya sebagai seorang lelaki. Tetapi masalah kelainan seksual yang saya derita,orang tua saya serasa sudah tidak ikut campur atau angkat tangan. “

· Apakah anda sering dikucilkan dari ingkungan sekitar anda?

“Saya kadang merasa dikucilkan ketika berada dalam lingkungan baru. Tetapi saya sekarang merasa lebih bebas, karena hidup dalam dunia modern yang merasa orang- orang disekitarnya tidak peduli dengan kelainan yang saya derita. Berbeda ketika saya berada dirumah yang lebih dalam luang lingkup masyarakat desa.”

· Manfaat apa yang anda peroleh dengan anda yang seperti ini?

“Dalam bentuk saya sebagai seorang wanita, saya merasa lebih beruntung, karena profesi yang saya lakoni saat ini sangat mendukung saya menjadi seorang waria. Dengan dikelilingi orang- orang serupa(kelainan seksual) dalam profesi saya, hal itu membuat saya lebih percaya diri.”

· Apakah ada keinginan untuk berubah?

“Untuk saat ini saya lebih memilih hidup sebagai seorang waria dibanding menjadi seorang lelaki yang merupakan sosok aslinya. Saya hanya beranggapan saya merasa bebas dan nyaman dengan hidup seperti ini. Karena bisa menjadi diri sendiri.”

LESBI (Unname,24thn)

· Sejak kapan anda mengalami kelainan seperti ini?

“Saya tidak menyadari kapan saya menjadi seperti ini. Apalagi awalnya saya adalah seorang normal yaitu perempuan yang memiliki seorang kekasih lelaki. Tapi lama kelamaan saya merasa lebih nyaman dengan berhubungan dengan sesama jenisnya yaitu wanita. Mulai inilah saya lebih merasa nyaman dengan berhubungan dengan wanita dari pada pria”.

· Apa yang melatar belakangi anda untuk memilih jalan ini demi kehidupan yang anda jalani?

“Sebenarnya saya juga tidak ingin menjadi kaum kelainan seksual seperti yang saya jalani saat ini, karena saya merasa hanya akan menjadi bahan gunjingan orang saja. Tapi lama kelamaan saya merasa lebih comfort dengan menjadi diri saya sendiri, yaitu penyuka sesama jenis( lesbian). Hal ini didukung dengan keadaan dalam keluarga yang mayoritas perempuan dan ayah saya sebenarnya menghendaki seorang anak laki- laki sebagai putra bungsunya. Sehingga meskipun anaknya berada dalam kodrat perempuan,ayah saya tetap memperlakukan saya selayaknya seorang anak laki- laki.”

· Apakah orang tua serta sodara anda tau?

“Orang tua saya mengetahui bahwa saya lebih memilih berpenampilan dan berperilaku selayaknya seorang lelaki, tetapi mereka tidak pernah tau bahwa saya juga menyukai sesama jenisnya atau mengalami kelainan seksual.”

· Apakah anda sering dikucilkan dari ingkungan sekitar anda?

“Saya sama sekali tidak merasa ataupun pernah dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena saya juga tidak sembarangan bercerita tentang kehidupan pribadi saya. Orang lain yang melihat saya secara langsung, hanya mengira saya adalah seorang perempuan tetapi berpenampilan lelaki atau lebih dikenal dengan istilah tomboy.”

· Manfaat apa yang anda peroleh dengan anda yang seperti ini?

“Kalau ditanya untung rugi, sebenarnya saya sama sekali tidak merasa adanya keuntungan dalam hidupnya. Saya hanya merasa lebih nyaman dengan kehidupan pribadi saya. Karena saya sebenarnya juga menyadari bahwa jalan yang saya tempuh adalah sebuah kelainan yang sebenarnya juga dilarang dalam agama yang saya yakini.”

· Apakah ada keinginan untuk berubah?

“jalani aja seperti air yang mengalir, karena kita juga tidak tau apa yang terjadi dimasa yang akan datang”.

RESPONDEN:

Pertanyaan:

1. Apakah anda setuju dengan adanya kaum homo dan lesbi?alasannya!

2. Jika mereka ada di sekitar anda, bagaimana reaksi anda?(risih, mengucilkan, biasa saja)

Jawaban

· Rika Ainun Tikha(21 th, mahasiswa)

1. ”Tidak setuju, karena menurut saya itu hanya mementingkan nafsu semata, apalagi manusia diciptakan berpasang-pasangan kalau misalnya laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan menjalin hubungan itu hanya nafsu belaka dan menyalahi kodrat sebagaimanusia.”

2. ”Acuh, saya akan membiarkannya tapi saya akan memberi contoh bahwa yang normal masih lebih baik.”

· Zaidar Rahmi M. (19 th,mahasiswa)

1. “Tidak setuju, Karena menurut saya apabila homo dan lesbi disetujui keberadaannya, maka dampak langsung yang terjadi adalah pada aspek kesehatan pelakunya. Homo atau lesbi merupakan media secara terjadinya penularan IMS ( Infeksi Menular Seksual ).”

2. “Memberikan edukasi tentang pengetahuan dampak homo atau lesbi, apabila mereka tetap acuh, maka selanjutnya adalah urusan mereka. Yang penting saya sudah memberitahukan apa yang seharusnya mereka ketahui.”

· Vivilia Dian M. (19 th, mahasiswa)

“Netral, karena menurut saya homo maupun lesbi itu relatif. Melihat kondisi lingkungan mereka sendiri. Tapi sebaiknya itu tidak terjadi karena dampak yang ditimbulkan sangat banyak dan berat.

Sebaiknya saya tidak akan menghindari mereka, namun saya akan memberitahu dan mengarahkan pada jalan yang benar. Dan jangan sampai kita ikut terjerumus dalam lembah yang sama.”

· Agus Mulyono (POLANTAS,28th)

“Secara pribadi saya tidak setuju karena hal tersebut sudah menyalahi kodrat manusia sebagai makhluk hidup yang ditakdirkan untuk berpasang-pasangan dengan lawan jenis.”

“Hendaknya dilakukan pendekatan kepada orang tersebut agar supaya bisa keluar dari hal tersebut. Apabila tidak mau berubah, ya jangan dikucilkan karena seseorang menjalani hidupnya merupaka hak asasi dari orang tersebut.”

Orang politik (wakil rakyat)

“Setuju atau tidak, tidak dapat dipungkiri keberadaannya di dalam masyarakat memang sudah ada sejak zaman nabi yaitu jahiliyah. Maka dari itu saya tidak dapat memberi persetujuan apakah saya setuju atau tidak karena memang harus diakui bahwa keberadaan meraka ada didalam msyarakat.”

Sama halnya dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat di era globalisasi yang tentunya diiringi dengan perkembangan budaya yaitu masuknya budaya asing kedalam negri tanpa adanya filter terlebih dahulu. Hal ini dapat beresiko mengubah gaya hidup masyarakat yang cenderung ingin menyerupai atau ikut- ikutan dengan budaya asing. Tetapi saya tetap menghormati keberadaan meraka para kaum homo atau lesbian dimasyarakat selama mereka tidak mengganggu atau mengusik kepentingan kelompok saya.”

Orang Kota (Agtenar Putra,26th,fotografer)

“Aku sih setuju-setuju saja, selama mereka tidak mengganggu hak dan privaciku. Karena pada hakikatnya hidup itu penuh pilihan, jadi apa yang mereka pilih, mungkin itu yang menurut mereka nyaman dan terbaik. Bahkan mingkin jika teman terdekatku ternyata adalah seorang lesbi atau homo, aku nggak akan mengucilkan mereka selama mereka tidak mengusik kehidupanku.”

Orang Desa (Rotul, 18th, karyawan)

Saya nggak setuju, karena memberi dampak negatif terhadap pergaulan. Masyarakat tentunya akan sangat risih sebab akan mempengaruhi masyarakat sekitar.”

H.Arief (PEMUKA AGAMA ISLAM,48th, wiraswasta)

“Saya sangat tidak setuju, sebab pada hakikatnya manusia telah diciptakan berpasang-pasangan. Hal ini terdapat pada surat An-Nisa ayat 1 yang artinya “bertakwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari diri padaNya.Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” Semua manusia baik laki-laki dan perempuan telah siciptakan berpasang-pasangan, dan hal ini adalah hal yang mutlak. Komunitas homo dan lesbi merupakan komunitas yang tidak mensyukuri karunia yang ada. Sifat homo dan lesbi tidak hadir begitu saja, tentu masih ada penyebab-penyebabnya yang merupakan akibat dari pergaulan, kebiasaan, dan gaya hidup yang sengaja atau tidak dilakukan oleh orang tersebut. Jika ada komunitas homo atau lesbi tentu saja saya akan merasa risih, syukur jika suatu saat saya dapat merubah kebiasaan mereka.”

Siti Cholifah (BIDAN,47th)

“Saya sangat tidak setuju dengan adanya mereka, karena selain mengecewakan keluarga dan orang-orang terdekat, homo dan lesbi juga menyebabkan gangguan kesehatan.Sangat banyak penyakit yang dapat ditimbulkan, antara lain AIDS, Kanker lubang anus,sifilis, melemahnya kekebalan tubuh, dll. Orang-orang seperti mereka tentu akan sangat merugikan dirinya sendiri. Namun jika mereka ada di sekitar saya, saya akan memberikan pengarahan secara medis bahwa efek yang ditimbulkan sangat berbahaya sekali.”

-----------------------TERIMA KASIH-------------------------

------------------SEMOGA BERMANFAAT-------------------